1. Sejarah
Teori Ramsey dilatarbelakangi oleh masih tingginya kerugian yang ditimbulkan dari faktor manusia dan cost ekonomi dari kecelakaan atau cidera meskipun perusaahaan di Amerika dan beberapa negara lainya telah memperbaiki sistem keselamatannya (safety system). Oleh karena itulah, Ramsey mengajukan suatu model yang digunakan sebagai framework untuk menggambarkan faktor perilaku yang menyebabkan peristiwa kecelakaan.
Teori yang diajukan Ramsey bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja. National Safety Council mendefinisikan kecelakaan sebagai “any unexpected event that interupts or interferes with the orderly progress of the production activity or process”. Artinya, kecelakaan merupakan suatu peristiwa yang tidak terduga yang terjadi saat proses produksi atau saat melakukan suatu aktivitas. Pengertian tersebut menunjukan bahwa suatu kecelakaan dapat menyebabkan loss berupa injury, property damage, dan kematian.
2. Model Teori Ramsey ( 1978)
Teori Ramsey merupakan salah satu dari accident theory yang membahas bagaimana suatu kejadian kecelakaan dapat terjadi. Teori ini memaparkan faktor-faktor yang ada pada diri seseorang sehingga dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku bekerja yang selamat atau tidak selamat (safety behavior atau unsafety behavior). Berdasarkan teori ini diketahui bahwa dalam pembentukan perilaku kerja yang aman (safety behavior) terdapat 4 tahapan yang dilalui, yaitu :
1) Tanggapan terhadap hazard (perception of hazard)
2) Pengetahuan terhadap hazard (cognition of hazard)
3) pengambilan keputusan (decision making)
4) kemampuan menghindar (ability to avoid)
Semua tahapan diatas terjadi secara berurutan dan berkesinambungan sehingga menciptakan safety behavior. Apabila semua tahapan dilakukan dengan baik dan tidak melenceng.keluar dari alur tahapan maka safety behavior dapat dihasilkan dan menghindarkan seseorang dari kecelakaan.
3. Proses
Tahap pertama dalam proses pembentukan safety behavior adalah tanggapan terhadap suatu bahaya (perception of hazard) yang ada di sekitar. Kemampuan seseorang dalam menanggapi bahaya yang ditemui bergantung pada kecakapan sensoris (sensory skill), kemampuan perseptual (perceptual skill), dan kesiagaan mentalnya (state of allertness). Jika ada satu kecakapan yang ia lalaikan, peluang terjadinya perilaku tidak aman yang berujung pada kecelakaan akan lebih besar. Artinya, ia tidak akan menampilkan safety behavior.
Tahap kedua adalah pengetahuan terhadap hazard (cognition of hazard), yaitu seberapa besar pengetahuan seseorang tentang suatu bahaya yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) pengalaman (experience)
2) pelatihan (training)
3) kemampuan mental (mental ability)
4) daya ingat (memory ability).
Dari pengalaman yang dimiliki, sseseorang menjadi bertambah pengetahuannya terhadap suatu hazard sehingga diharapkan ia dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Selain pengalaman, pelatihan juga dapat memperkaya pengetahun seseorang terhadap hazard melalui materi yang diajarkan. Kemampuan mental dan daya ingat juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang terhadap hazard. Jika ia memiliki daya ingat yang buruk dikhawatirkan dapat menimbulkan kecelakaan karena ia menjadi tidak tanggap lagi terhadap suatu bahaya. Apabila seseorang telah mengamati bahaya yang ada dan ia tidak mempunyai pengetahuan tentang bahaya itu atau tidak berpengalaman untuk menanggulangi bahaya tersebut maka safety behavior juga tidak akan muncul. Pada tahapan yang selanjutnya, tahap ketiga, diperlukannya pengambilan keputusan (decision making ).
Decision making yang tepat untuk menghindari bahaya di tempat kerja akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1) pengalaman (experience)
2) pelatihan (training)
3) sikap (attitude)
4) motivasi (motivation)
5) kepribadian (personality)
6) kecendrungan menghadapi resiko (risk-taking tendency).
Safety behavior juga tidak akan muncul apabila seseorang tidak dapat mengambil keputusan untuk menghindari bahaya dengan tepat walaupun sebelumnya telah melakukan pengamatan dan mengetahui suatu bahaya yang ada. Setelah berhasil mengambil keputusan untuk menghindari suatu bahaya, tahapan selanjutnya adalah memiliki kemampuan (ability) untuk menghindari bahaya tersebut. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam pembentukan safety behavior. Sama dengan tahap-tahap sebelumnya, apabila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menghindari bahaya walaupun tidak terjadi kesalahan dalam tahap sebelumnya maka safety behavior tetap tidak akan terbentuk.
Kemampuan seseorang untuk menghindari suatu bahaya (ability to avoid) akan dipengaruhi oleh :
1) Ciri-ciri fisik dan kemampuan fisik (physical characteristics and abilities)
2) Kemampuan psikomotorik (psychomotor skill)
3) Proses-proses fisiologis (physiological process)
Pada akhirnya, perilaku aman akan terbentuk dan menhindarkan seseorang dari celaka. Namun, diluar 4 tahapan besar diatas, menurut model ini, ada suatu faktor yaitu faktor kesempatan (chance) yang dapat tetap menimbulkan kecelakaan meskipun seseorang telah memiliki safety behavior, dan juga sebaliknya kecelakaan tidak jadi terjadi meskipun seseorang berperilaku tidak aman (unsafe behavior).
Gambar Model Teori Ramsey
Semoga Bermanfaat,
Salam,