Thursday, March 22, 2018

5 Level of Prevention dalam K3

5 level of prevention dalam k3 biasa dikenal juga dengan "hirarki pengendalian" atau "hirachy of control". Apa itu?

Hirarki pengendalian adalah urutan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurasi risiko incident dan accident dalam suatu aktivitas pekerjaan. Langkah pertama lebih diutamakan dibanding langkah yang paling akhir, karena langkah pertama adalah cara meminimalisir risiko paling efektif dibanding langkah paling akhir. Jika langkah pertama tidak memungkinkan, maka langkah kedua dapat dilaksanakan, dan apabila langkah kedua juga tidak memungkinkan dilakukan maka lanjut dilakukan langkah ke tiga, begitu seterusnya hingga langkah paling akhir. Jadi jangan dibalik dengan melakukan langkah akhir sebelum memikirkan dan mengusahakan langkah pertama, kedua, ketiga dan keempat.

source: https://bp.blogspot.com/hierarchycontrols.jpg



5 level of prevention ini adalah:
  1. Eliminasi (penghilangan)
    Langkah pencegahan kecelakaan kerja paling efektif dilakukan dengan mengeliminasi benda yang berisiko menimbulkan bahaya tersebut. Ya tentu saja, dengan menghilangkan sumber bahaya maka jelas risiko kecelakan menjadi nyaris tidak ada. Oleh karena itu, langkah ini merupakan langkah paling efektif mengontrol bahaya ditempat kerja. Contoh kegiatan yang dilakukan pada langkah ini misalnya, di suatu area kerja terdapat hazard bising yang bersumber dari speaker di suatu ruang kerja, setelah dikaji dan ditimbang sepertinya speaker ini tidak memiliki fungsi terlalu signifikan dalam proses kerja disini, maka speaker ini dapat di eliminasi saja dari ruang kerja dan tidak digunakan lagi. Maka sumber hazard sudah terkendali.
       
  2. Substitusi (pergantian)
    Namun apabila ternyata sumber hazard tersebut merupakan bahan /alat kerja utama yang digunakan dalam pekerjaan dan tidak dapat dihilangkan begitu saja, maka ada langkah pengendalian berikutnya yang dapat dilakukan, yaitu mengganti si sumber bahaya dengan bahan/alat lain yang fungsinya sama atau mendekati tetapi less risk. Seperti penggunaan atap dari asbes, yang sekarang penggunaannya sudah dilarang karena risiko kesehatan penggunaan asbes sangat berbahaya, sehingga banyak diganti dengan atap yang terbuat dari genteng tanah liat yang juga dapat menyerap panas, genteng keramik, kaca, dsb.
       
  3. Enginering Control (perancangan / modifikasi / pengendalian tekhnikal)
    Langkah pencegahan ketiga ini adalah langkah yang paling sering dilakukan ditempat kerja, karena kita dapat meminimalisir bahaya yang ditimbulkan alat kerja, namun tidak perlu menghilangkan atau menggantikannya dengan alat kerja lain melainkan hanya menambahkan beberapa alat lain sebagai penghalang agar sumber hazard tidak memajan pekerja. Atau mudahnya, enginering control adalah pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.  Contoh pemasangan peredam pada mesin yang menjadi sumber bising, menginstalasi sistem ventilasi yang baik, memodifikasi alat kerja menjadi lebih mudah digunakan, memasang teralis pembatas pada benda-benda bergerak, dsb
       
  4. Administrative Control (pengendalian administrasi / peringatan / warning system)
    Langkah ketiga akan sangat efektif apabila dilakukan bersamaan dengan langkah ke empat, yaitu langkah administratif. Pada langkah ini pengendalian lebih banyak dilakukan dengan memodifikasi cara interaksi pekerja dengan lingkungan kerjanya dimana tujuannya agar si-pekerja dapat lebih waspada, hati-hati, dan juga pihak pemberi kerja juga perlu membekali pekerja dengan menambah pengetahuan pekerja tentang keselamatan dan kesehatan di bagian tempat kerja masing-masing. Langkah yang dilakukan diantaranya dengan memberikan petunjuk-petunjuk, tanda, label, spanduk ajakan keselamatan kerja, memberikan SOP kerja, memberikan pekerja pelatihan rutin, mengatur jadwal dan shift kerja, serta pengawasan dan evaluasi dari atas sangat mempengaruhi langkah pengendalian ini berjalan dengan baik.
       
  5. PPE (personal protective equipment / APD / alat pelindung diri)
    APD merupakan langkah pencegahan paling terakhir, dimana artinya pencegahan menggunakan APD ini adalah pencegahan yang paling kurang efektif dibanding 4 langkah sebelumnya. Namun apabila 4 langkah diatas memang tidak bisa dijalankan, atau telah dilakukan namun belum mengontrol risiko keselamatan dan kesehatan kerja secara sempurna, maka menambahkan prevention penggunaan APD akan jauh lebih baik, namun jangan menjadikan APD satu-satunya jalan atau menjadi langkah utama untuk mencegah risiko K3. Pengendalian bahaya dengan menggunakan APD tersebut adalah pengendalian bahaya dengan cara memberikan alat perlindungan tambahan pada diri pekerja yang digunakan saat bekerja dan juga saat berada di area kerja (walaupun hanya untuk tujuan memantau bawahan).  Contoh APD misalnya penggunaan earplug, masker, kacamata pelindung, sepatu safety, helem safety, vest, glove, dsb

Semoga bermanfaat,

Salam

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi Artikel Lain Untuk Anda: