Tuesday, April 10, 2018

Bising dan Faktor Pemaparannya


Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki, sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi (Rambe, 2003).


sumber: https://i0.wp.com/kabarpenumpang.com/wp-content/uploads/2017/03/bahaya-kebisingan.jpg?fit=800%2C534&ssl=1




Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan


Menurut Dwiatmo (2005) yang dikutip dari Leksono (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan antara lain:
  1. Intensitas kebisingan
    Makin tinggi intensitas maka makin besar pula resiko terjadinya penurunan pendengaran.
  2. Frekuensi kebisingan
    Makin tinggi frekuensi makin besar kontribusinya terhadap penurunan pendengaran.
  3. Lamanya waktu pemaparan bising
    Makin lama pemaparan makin besar resiko terhadap terjadinya gangguan penurunan pendengaran.
  4. Kerentanan individu
    Respon tiap-tiap individu terhadap pajanan bising berbeda-beda, tergantung dari kerentanan. Akan tetapi belum ditemukan metode untuk mengidentifikasi kerentanan individu terhadap pemaparan bising.
  5. Masa Kerja
    Makin lama masa kerja, makin besar resiko terjadinya gangguan penurunan pendengaran.
  6. Usia
    Sensitivitas pendengaran berkurang seiring dengan bertambahnya usia.



Pembagian Bising

Menurut Christopher (2009) berdasarkan sifatnya bising dapat dibedakan menjadi:
  1. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi luas
    Bising yang relatif tetap dengan batas amplitudo kurang lebih mencapai 5 dB untuk jangka waktu 0.5 detik yang terjadi berturut-turut. Contohnya bunyi dalam kokpit pesawat helikopter, gergaji sirkuler, suara katup mesin gas, kipas angin, suara dapur pijar, dsb.
  2. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi sempit
    Bising yang relatif tetap dan pada frekuensi tertentu seperti 500 Hz, 1000 Hz, atau 4000 Hz. Contohnya seperti suara gergaji sirkuler, suara katup gas.
  3. Bising terputus-putus
    Bising ini disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang terjadi terputus-putus (tidak terjadi terus-menerus), melainkan ada periode relatif tenang. Contoh kebisingan ini adalah suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang dan lain-lain.
  4. Bising impulsif
    Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Contoh bising impulsif misalnya suara ledakan mercon, tembakan, meriam dan lain-lain.
  5. Bising impulsif berulang-ulang
    Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang misalnya pada mesin tempa. Bising yang dianggap lebih sering merusak pendengaran adalah bising yang bersifat kontinu, terutama yang memilikis spektrum frekuensi lebar dan intensitas yang tinggi.



Untuk melindungi pendengaran manusia (pekerja) dari pengaruh buruk kebisingan, Organisasi Pekerja Internasional /ILO (International Labour Organization) telah mengeluarkan ketentuan jam kerja yang diperkenankan pekerja terpajan dengan tingkat intensitas kebisingan lingkungan kerja sebagai berikut:

Sumber: Departemen Tenaga Kerja 1994 – 1995


Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan adalah 85 dB untuk waktu kerja 8 jam perhari (Time Weight Avarage/TWA), seperti yang diatur dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja no SE.01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja.

Risiko utama yang dapat terjadi apabila pekerja bekerja dalam waktu yang lama di area bising adalah terjadinya Noise Induce Hearing Loss (NIHL), apa itu? yuk simak disini.


Semoga bermanfaat,

Salam,


-----
Referensi:

- Christoper, A. 2009. Noise Induced Hearing Program, [online], Faculty of Medicine, University of Riau. Dari: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/noise-induced-hearing-loss-nihl-files-of-drsmed.pdf 


- Leksono, R. 2009. Gambaran Kebisingan di Area kerja Shop C-D Unit Usaha Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama tahun 2009, [online], Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Dari: lontar.ui.ac.id

- Rambe, A. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising, [online], Fakultas Kedokteran, Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Universitas Sumatera Utara. Dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-andrina1.pdf


No comments:

Post a Comment

Rekomendasi Artikel Lain Untuk Anda: